Sabtu, 09 Mei 2009

Asal Usul Desa Sedayulawas

Pada zaman dahulu kala, ada satu wilayah yang masih kosong dengan arti wilayah yang masih belum ada penduduknya. Wilayah ini masih berupa wilayah yang jauh dari orang – orang dan masih berupa hutan belantara yang sangat terkenal keangkerannya. Dengan demikian wilayah tersebut mendapat istilah “ Jalmo moro jalmo mati ” yang artinya siapa saja yang melewati atau memasuki wilayah hutan tersebut maka orang itu tidak akan bisa kembali. Dalam keadaan wilayah seperti itu, tidak ada seorang pun yang berani untuk mendekati wilayah tersebut. Akhirnya cerita tentang wilayah hutan itupun menyebar kemana-mana. Bahkan cerita itu sampai pada telinga seorang Raja Sri Sultan Tawang Alam adalah salah seorang raja dari Kerajaan Surakarta ( sekarang solo ) yang juga mendengar cerita tersebut.

Kemudian pada tahun 1463 Sri Sultan Tawang Alam memerintahkan atau menugaskan putra keponakannya yang bernama Soera Wikrama ke pesisir pantai utara laut jawa bagian timur, tepatnya di wilayah hutan belantara yang angker tersebut. Dan Soera Wikrama di angkat oleh Sri Sultan Tawang Alam menjadi seorang tumenggung. Ia diberi oleh raja Sri Sultan Tawang Alam dua piandel atau senjata ampuh. Dua piandel itu adalah :

1. Berupa pedang kangkam mas
2. Berupa gentong alias kendil

Kedua piandel tersebut hingga saat ini menjadi lambang atau simbol wilayah tersebut. Konon kabarnya kedua piandel tersebut juga masih tersimpan di gua Gunung Menjuluk yang tempatnya berada disebelah selatan wilayah tersebut.

Tumenggung Soera Wikrama di serahi Sultan Tawang Alam wilayah yang sangat luas. Wilayah tersebut adalah perbatasan di sebalah barat hingga mencapai desa palang dan di sebelah timur sampai ke kecamatan panceng. Perbatasan tersebut sampai sekarang masih digunakan sebagai perbatasan kabupaten Lamongan. Adapun wilayah Sri Sultan Tawang Alam meliputi 4 kabupaten. Keempat kabupaten tersebut adalah kabupaten Tuban, kabupaten Lamongan, kabupaten Gresik dan kabupaten Madura.

Setelah Sultan Tumenggung Soera Wikrama meninggal dunia, ia kemudian diganti dengan putranya yang bernama Raden Rangga Jaya Sasmita. Kemudian Raden Rangga Jaya Sasmita menikah dengan seorang putri dari madura yang bernama Dewi Supatmi. Dalam perkawinannya Raden Rangga Jaya Sasmita dengan Dewi Supatmi dikaruniai 3 putra, ketiga putra tersebut adalah Raden Kanjeng Badrun, Dewi Sukarsih dan Dewi Rara Tangis. Kemudian Raden Rangga Jaya Sasmita menikah lagi dengan seorang putri yang berasal dari desa Dandang kecamatan karanggeneng. Dalam perkawinannya mereka di karuniai seoarang putra yang diberi nama Raden Jamilun.
Dewi Rara Tangis anak ketiga Raden Rangga Jaya Sasmita yang sangat cantik.

Pada suatu hari Gajah Belang bermain - main disebelah timur wilayah pesisir pantai utara laut jawa yang tepatnya di Watu Awang. Ia bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik, gadis itu adalah Dewi Rara Tangis. Tentu saja sedikit banyak Gajah Belang akan memujinya bahkan lebih dari pada itu. Gajah Belang sangat terheran – heran melihat kecantikan Dewi Rara Tangis yang sangat alami. Meskipun Gajah Belang itu memiliki wajah yang sangat jelek, tetapi Gajah Belang mempunyai kesaktian yang sangat luar biasa. Kemudian Gajah Belang pun jatuh cinta kepada Dewi Rara Tangis, begitu juga dengan Dewi Rara Tangisjuga jatuh cinta kepada Gajah Belang. Akhirnya cinta itu tumbuh subur dihati antara Gajag Belang dan Dewi Rara Tangis. Mereka berdua adalah pasangan yang seolah – olah tidak akan terpisahkan.

Selanjutnya...

12 comments:

Zheppline mengatakan...

weleh yg bener?........

karbit mengatakan...

Zheppline sebuah nama kumpulan anak jl.mawar. by:"veyonet"

Anonim mengatakan...

Kalau menurut kami tulisan di atas itu tdk mempunyai makna sbg suatu tulisan Sejarah (Sejarah an siech sbg suatu Ilmu), tetapi tdk lain adlh semacam cerita tutur dari mulut ke mulut yg diwariskan oleh para org terdahulu, kalau bhs agak krueeen nya dlh cerita legenda.
Jd cerita legenda itu dlm nilai ilmu sejarah tdk memenuhi syarat sbg sebuah cerita /tulisan Sejarah. krn sbnrnya bnyk persyaratn yg hrs dipenuhi berdasarkan Methodologi Sejarah, di antaranya sumber berita tdk hanya berdasarkan cerita mulut/tutur. Dlm ilmu sejarah sumber berdasarkan cerita tutur sj msh perlu dipertanyakan keakuratannya, yg penting adlah sumber dokumen tertulis, artefak, situs2x peninggalan, prasasti, dll. apakah unsur2x itu tlh terpenuhi?
Atau kalau mau sdkt lbh mentereng lg tulisan di atas bs masuk dl katagori cerita babad (tp dlm ilmu sejarah cerita babad juga tidak mempunyai kekuatan /tdk memenuhi syarat untuk bs digolongkan sbg Sejarah, krn motif cerita babad itu biasanya krn ada motif kepentingan dari sipenulis atau yg empunya cerita.
(randujomplang@yahoo.co.id)

Anonim mengatakan...

crita sedayulawas udah di bukukan sbg buku asal mula desa sedayulawas, penerbitnya pak kholek dkk....
aq punya bukunya....

Anonim mengatakan...

baguuuuuuuuuus ceritanya

Unknown mengatakan...

KALAU SAYA PINJAM BUKU ITU BISA NGGAK MAS ? TRISM SEBELUMNYA

Unknown mengatakan...

maju trus sedayulawas

Unknown mengatakan...

mohon pencerahan ada yg tahu masjid jami'sedayu lawas letaknya sebelah mana ya,,,???

gurufisika mengatakan...

Cerita ini sama kaya di majalah kuncup waktu aku masih sekolah SD

Unknown mengatakan...

Apa ada yg tau mengenai tiga makam berjajar di sedayu lawas,lokasi bukit menjuluk,wallohu a'lam,merupakan tiga makam penyebar islam

Anonim mengatakan...

taraktakdung 2020...

Anonim mengatakan...

Makam Siapakah.

Posting Komentar